Kompas, 18 April 2010
Gramedia menerbitkan novel terbaru berjudul Entrok karya Okky Madasari. Novel ini berkisah tentang seorang ibu dan anaknya yang hidup di alam pemikiran sangat berbeda. Sumarni, sang ibu, adalah perempuan Jawa, tidak berpendidikan, dan masih menyembah leluhur. Anaknya, Rahayu, generasi muda yang dibentuk sekolah, penjunjung akal sehat, dan pemeluk agama Tuhan yang taat.
Perbedaan itu membuat keduanya merasa asing satu sama lain. Sumarni menganggap anaknya tidak punya jiwa. Rahayu menganggap ibunya sang pendosa.
Kisah ini ditempatkan dalam ¬setting masyarakat Jawa abangan tahun 1950-1994—sebuah kurun waktu yang melintasi dua rezim pemerintahan: Orla dan Orba. Dengan begitu, penulis leluasa mengalirkan kisah Sumarni-Rahayu di antara gelombang peristiwa politik besar yang muncul saat itu, mulai dari pemberontakan PKI, pemaksaan memilih Golkar di setiap pemilu, penembakan misterius, pelarangan terhadap pemeluk kepercayaan, pemaksaan ber-KB, peristiwa Kedung Ombo, hingga pelabelan politik.
Tidak berhenti sebatas kisah, novel ini juga memaksa pembaca masuk ke dalam tema-tema besar, mulai dari feminisme, pluralisme, demokrasi, dan HAM. Inilah yang membuat Entrok memiliki daya pikat, terlebih, Okky bisa meramu semua itu dengan teknik bercerita yang mengalir. (BSW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar